PERTAMBAHAN
PENDUDUK DAN TINGKAT PENDIDIKAN
Indonesia
merupakan negara kepulauan, yang terdiri atas 13.466 pulau yang tersebar dari
Sabang sampai Merauke. Menurut data statistik diperkirakan penduduk Indonesia
pada tahun 2014 sebanyak 244,814.900 jiwa.[1] Pertambahan penduduk
akan menimbulkan masalah-masalah baru, seperti kemiskinan, kelaparan, keamanan,
dan pendidikan.
Masalah
pendidikan tidaklah henti-hentinya menjadi
sorotan bagi pemerintah banyak masalah dalam pendidikan yang bermunculan dan
tidaklah bosan menjadi pembahasan penting sebagai pertanggungjawaban pemerintah
sebagai badan organisasi yang bertanggungjawab penuh. Salah satu masalah dalam pendidikan yang sejak dulu sampai
sekarang disorot adalah buta aksara atau biasa disebut buta huruf, karena tercatat terdapat sebanyak 3,6
juta jiwa penduduk Indonesia yang buta aksara pada tahun 2013, hal ini seperti
diinformasikan oleh Kepala Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pria
Gunawan.[2] Menurut kami terdapat dua faktor yang menyebabkan
terjadinya buta huruf di Indonesia, yaitu kemiskinan dan kekurangan tenaga
pengajar.
Meurut
Republika berdasarkan hasil penenlitian dari QM Financial dari 40
sekolah dasar yang berada di JABODETABEK pada tahun 2009 sampai tahun 2013
terdapat kenaikan biaya sebesar 5% sampai 50% per tahun.[3] Kenaikan
biaya pendidikan di Indonesia secara langsung dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan persentase masyarakat yang buta huruf.
Biaya menjadi salah satu faktor utama terjadinya proses pendidikan dalam
sekolah, tanpa biaya maka tidaklah tercipta kurikulum yang baik dalam sekolah
dasar. Pemerintah melakukan anggaran untuk biaya pelaksanaan pendidikan melalui
biaya operasional sekolah (BOS) kepada sekolah dasar negri, namun belum
optimalnya pemberian anggaran tersebut sehingga memicu timbulnya alasan baru
pihak sekolah untuk melakukan penarikan dana kepada orang tua siswa yang
terlibat langsung dengan sekolah. Efek yang ditimbulkan dari inflasi biaya
pendidikan cukup memberatkan masyarakat pada umumnya, terutama untuk masyarakat
tidak mampu. Masyarakat dituntut untuk bisa membaca dan tidak buta huruf oleh
pemerintah, tetapi prasarana dan fasilitas yang disajikan pemerintah untuk
bagian masyarakat satu ini sangat minim. Besarnya biaya pendidikan dari tahun
ke tahun dengan presentase peningkatan yang sudah dijelaskan sebelumnya,
menyebabkan masyarakat susah untuk mendapatkan sekolah dengan fasilitas yang
layak, alih-alih mendapatkan fasilitas yang baik atau setidaknya layak, sekolah
di atas bangunan yang hampir ambruk adalah menjadi pilihan paling relistis bagi
mereka yang ingin bersekolah.. Berikut ini adalah gambaran dari pendidikan di
Indonesia:
(wahyuewulandarie.blogspot.com)
Gambar
di atas menunjukkan mirisnya nasib masyarakat ekonomi terbelakang. Berdasarkan yang
tertera pada UUD 1994 pasal 34 menyebutkan bahwa, fakir miskin dan anak-anak
yang terlantar dipelihara oleh negara. Alih-alih dipelihara, masyarakat ekonomi
terbelakang terasa diabaikan dari segi kelayakan pendidikan. Disaat pemerintah
gencar menuntut perbaikan fasilitas dan peningkatan fasilitas yang sebenarnya
dapat dibilang sudah sangat baik, masyarakat yang kurang dari segi ekonomi
harus pasrah dengan apa yang mereka dapatkan saat ini. Miris memang, disaat
negara-negara lain sedang berlomba memperbaiki sistem pendidikannya, negara
kita semakin menjadi yang terbelakang. Jumlah penduduk yang meningkat drastis
tiap tahunnya dengan persentase yang cukup signifikan setiap tahunnya, berbanding
lurus dengan jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Kurangnya pemahaman serta
sosialisasi yang kurang kepada
masyarakat tentang keluarga berencana (KB), serta lemahnya kepekaan pemerintah
terhadap masyarakat miskin sulit meminimasi melonjaknya tingkat pertumbuhan
penduduk. Sangat erat kaitannya korelasi antara jumlah penduduk dan fasilitas
dan biaya pendidikan. Semakin besar jumlah penduduk, semakin besar pula
kebutuhan akan fasilitas pendidikan, dan semakin besar pula biaya yang dikeluarkan
untuk pendidikan.
Faktor
kedua adalah kekurangan tenaga pengajar. Tenaga pengajar adalah merupakan hal
terpenting dalam sebuah pendidikan. Pendidikan tanpa sebuah pengajar bagaikan perahu tanpa lautan. Pengajar
dalam hal luas dalam pendidikan dapat berupa seorang guru, buku, media
internet, dan media lain yang sifatnya member informasi tentang pendidikan.
Tenaga pengajar yang dimaksud dalam pendidikan adalah seorang guru disekolah. Minimnya
masyarakat Indonesia yang memilih berprofesi sebagai tenaga pengajar
menyebabkan kurangnya sumber daya manusia yang dapat membimbing dan membantu
pelaksanaan pendidikan yang baik. Referensi :
http://dedeparadise23.blogspot.com/2014/04/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar