Senin, 15 Desember 2014

PENDUDUK DAN TINGKAT PENDIDIKAN

PERTAMBAHAN PENDUDUK DAN TINGKAT PENDIDIKAN
Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri atas 13.466 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Menurut data statistik diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 244,814.900 jiwa.[1] Pertambahan penduduk akan menimbulkan masalah-masalah baru, seperti kemiskinan, kelaparan, keamanan, dan pendidikan.
Masalah pendidikan tidaklah henti-hentinya menjadi sorotan bagi pemerintah banyak masalah dalam pendidikan yang bermunculan dan tidaklah bosan menjadi pembahasan penting sebagai pertanggungjawaban pemerintah sebagai badan organisasi yang bertanggungjawab penuh. Salah satu masalah dalam pendidikan yang sejak dulu sampai sekarang disorot adalah buta aksara atau biasa disebut buta huruf, karena tercatat terdapat sebanyak 3,6 juta jiwa penduduk Indonesia yang buta aksara pada tahun 2013, hal ini seperti diinformasikan oleh Kepala Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pria Gunawan.[2] Menurut kami terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya buta huruf di Indonesia, yaitu kemiskinan dan kekurangan tenaga pengajar.
Meurut Republika berdasarkan hasil penenlitian dari QM Financial dari 40 sekolah dasar yang berada di JABODETABEK pada tahun 2009 sampai tahun 2013 terdapat kenaikan biaya sebesar 5% sampai 50% per tahun.[3] Kenaikan biaya pendidikan di Indonesia secara langsung dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan persentase masyarakat yang buta huruf. Biaya menjadi salah satu faktor utama terjadinya proses pendidikan dalam sekolah, tanpa biaya maka tidaklah tercipta kurikulum yang baik dalam sekolah dasar. Pemerintah melakukan anggaran untuk biaya pelaksanaan pendidikan melalui biaya operasional sekolah (BOS) kepada sekolah dasar negri, namun belum optimalnya pemberian anggaran tersebut sehingga memicu timbulnya alasan baru pihak sekolah untuk melakukan penarikan dana kepada orang tua siswa yang terlibat langsung dengan sekolah. Efek yang ditimbulkan dari inflasi biaya pendidikan cukup memberatkan masyarakat pada umumnya, terutama untuk masyarakat tidak mampu. Masyarakat dituntut untuk bisa membaca dan tidak buta huruf oleh pemerintah, tetapi prasarana dan fasilitas yang disajikan pemerintah untuk bagian masyarakat satu ini sangat minim. Besarnya biaya pendidikan dari tahun ke tahun dengan presentase peningkatan yang sudah dijelaskan sebelumnya, menyebabkan masyarakat susah untuk mendapatkan sekolah dengan fasilitas yang layak, alih-alih mendapatkan fasilitas yang baik atau setidaknya layak, sekolah di atas bangunan yang hampir ambruk adalah menjadi pilihan paling relistis bagi mereka yang ingin bersekolah.. Berikut ini adalah gambaran dari pendidikan di Indonesia:
(wahyuewulandarie.blogspot.com)
            Gambar di atas menunjukkan mirisnya nasib masyarakat ekonomi terbelakang. Berdasarkan yang tertera pada UUD 1994 pasal 34 menyebutkan bahwa, fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Alih-alih dipelihara, masyarakat ekonomi terbelakang terasa diabaikan dari segi kelayakan pendidikan. Disaat pemerintah gencar menuntut perbaikan fasilitas dan peningkatan fasilitas yang sebenarnya dapat dibilang sudah sangat baik, masyarakat yang kurang dari segi ekonomi harus pasrah dengan apa yang mereka dapatkan saat ini. Miris memang, disaat negara-negara lain sedang berlomba memperbaiki sistem pendidikannya, negara kita semakin menjadi yang terbelakang. Jumlah penduduk yang meningkat drastis tiap tahunnya dengan persentase yang cukup signifikan setiap tahunnya, berbanding lurus dengan jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Kurangnya pemahaman serta sosialisasi  yang kurang kepada masyarakat tentang keluarga berencana (KB), serta lemahnya kepekaan pemerintah terhadap masyarakat miskin sulit meminimasi melonjaknya tingkat pertumbuhan penduduk. Sangat erat kaitannya korelasi antara jumlah penduduk dan fasilitas dan biaya pendidikan. Semakin besar jumlah penduduk, semakin besar pula kebutuhan akan fasilitas pendidikan, dan semakin besar pula biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan.
Faktor kedua adalah kekurangan tenaga pengajar. Tenaga pengajar adalah merupakan hal terpenting dalam sebuah pendidikan. Pendidikan tanpa sebuah pengajar bagaikan perahu tanpa lautan. Pengajar dalam hal luas dalam pendidikan dapat berupa seorang guru, buku, media internet, dan media lain yang sifatnya member informasi tentang pendidikan. Tenaga pengajar yang dimaksud dalam pendidikan adalah seorang guru disekolah. Minimnya masyarakat Indonesia yang memilih berprofesi sebagai tenaga pengajar menyebabkan kurangnya sumber daya manusia yang dapat membimbing dan membantu pelaksanaan pendidikan yang baik. 

Referensi :
http://dedeparadise23.blogspot.com/2014/04/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar